skip to main | skip to sidebar

Tuesday, May 7, 2013

SITUS | ASTONO GEDONG | TULUNGAGUNG

0 comments
Ada yang pernah kesana? Mungkin mendengar namanya saja masih asing di telinga kita. Maklum letak geografisnya jauh dari kota dan sedikit sekali petunjuk tentang situs ini.




Situs Astono Gedong adalah sebuah makam yang sarat dengan nilai sejarah yang terletak di lereng gunung wilis tepatnya di Dusun Setana, Desa Sukodono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung. Lebih kurang 15 km dari jantung kota ke arah barat laut. 



Kabupaten Tulungagung sebenarnya kaya akan situs sejarah. Antara lain peninggalan pusaka nenek moyang, makam sejarah, fosil manusia prasejarah Homo Wajakensis, Candi Gayatri, Senjata Tombak Kanjeng Kyai Upas, dan masih banyak lagi. Tetapi kesadaran masyarakat untuk mengunjungi situs purbakala sangatlah minim Kecuali dengan tujuan dan maksud tertentu, selebihnya jarang ada yang memperhatikan dan bahkan banyak yang menelantarkannya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa dengan mengunjungi situs ziarah tersebut, banyak pelajaran yang dapat di ambil dan juga bisa memetik hikmah dari sejarah yang terjadi di masa lampau. Salah satu cara kita untuk menghormati dan melestarikan peninggalan nenek moyang adalah dengan cara mengunjungi situs purbakala serta menjaga keutuhannya dari tangan-tangan jahil. Karena situs purbakala merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan wajib untuk dilestarikan. 



Nama Astono Gedong berasal dari bahasa jawa yaitu Sentono dan Gedong, Sentono mempuyai arti tempat sedangkan Gedong mempunyai arti Rumah. Astono gedong sering disebut dengan Kesatrian yaitu tempat dimana telah makamkan para kesatria.jadi kesimpulannya arti nama Astono Gedong secara meluas adalah tempat tinggal yang di huni oleh para Kesatria.

Awalnya masyarakat sekitar mengira situs ini hanya pemakaman umum biasa. Hingga akhirnya pada tahun 1941 seorang abdi dalem dengan dikawal oleh prajurit Belanda berziarah ke tempat ini. Abdi dalem tersebut bernama Kamarul yang berasal dari Keraton Mangkunegaran. Kedatangan Kamarul membuat tokoh masyarakat sekitar menjadi penasaran,dan ingin mencari tahu tentang sejarah sebenarnya dari situs ini.

Astono Gedong dari kaca mata ilmiah
Menurut penuturan arkeolog diperkirakan kompleks makam Astono Gedong adalah bekas candi Hindu-Budha. Nisan dan jaritnya terbuat dari batu andesit dengan hiasan bercorak Hindu-Islam, situs ini terbagi atas tiga halaman yaitu halaman paling luar disebut Pendopo, sedangkan halaman tengah disebut dengan Kampung dan halaman belakang disebut Dalem. halaman belakang terdapat makam-makam yang dikeramatkan.
Pada pintu halaman kedua dikanan kiri terdapat Lingga dan Umpak. Tiap-tiap halaman dikelilingi dan dibatasi pagar dari batu, disini juga terdapat arca dari jenis Aksobiya dari zaman kerajaan kadiri sebelum kerajaan singosari, yang disimpan di Museum Daerah Tulungagung. Berdasarkan temuan tersebut, mungkin disekitar makam dahulu pernah berdiri sebuah bangunan suci Hindu-Budha.
Jadi kesimpulannya situs Astono Gedong digunakan pada masa kerajaan Kadiri sebelum kerajaan Singosari, karena terdapat arca aksobya dari masa Kerajaan Kadiri. Dan situs makam ini merupakan kompleks makam tertua di Kabupaten Tulungagung.(Lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Jawa Timur,1985)
Bukti yang memperkuat makam ini adalah makam tertua di Kabupaten Tulungagung dan sebagai makam bertingkat berbagai generasi dari masa Kerajaan Kadiri, Singosari, Majapahit, sampai Mataram Islam adalah :
- Bukti yang menguatkan situs ini dari masa Kerajaan Kadiri sebelum Kerajaan Singosari adalah ditemukannya arca Aksobya dari masa Kerajaan Kadiri, situs ini dulunya sebelum menjadi makam terdapat candi Hindi-Budha pada Zaman Kerajaan Kadiri dan mungkin juga digunakan sebagai tempat suci agama Hindu-Budha.
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan Singosari adalah ditemukannya Yoni dari masa Kerajaan Singosari. Yang terdapat pada pintu masuk halaman makam pada bagian kampung dan pintu masuk makam pada bagian dalem
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa Kerajaan Majapahit adalah ditemukannya logo Surya Majapahit pada niasan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawengan dan terdapat nisan tipe Demak-Troloyo. Pada beberapa nisan di Situs Astono Gedong.
- Bukti yang menguatkan situs makam ini berlanjut ke masa kerajaan Mataram Islam adalah terdapatnya makam dari Mangku Bumi dan pohon Nogo Sari yang sama persis dengan makam-makam Raja Mangkunegaran di Solo (Mangkunegaran adalah pecahan dari Kerajaan Mataram Islam).

Di situs Astono Gedong terdapat makam dari Raden Djoko Lemboeroe yang dikenal dengan Raden Ketawengan, Raden Ketawengan adalah putra dari Raja Majapahit yang bernama Bre Kertobumi atau Dyah Kertobumi atau Brawidjadja V dari ibu pangrembe (ibu pembentu), Brawidjadja V mempunyai anak sebanyak 117 orang. Konon Raden Ketawengan pernah mengalahkan Raja Gelunggung dari Bali. Dan menurut penuturan dari beberapa Arkeolog di Situs makam tersebut juga terdapat makam dari Hadi Widjodjo dikenal dengan Djoko Tingkir, dan Mangku Bumi atau Sultan Hamengkubuono I, pada tahun 1755 diadakan perjanjian Gyanti dengan hasil membagi kerajaan Mataram Islam menjadi empat bagian dan salah satunya menjadi Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat dengan raja pertama Mangku Bumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuono I, konon wilayah Kerajaan Anyogyokarto Hadiningrat mancapai wilayah sekitar Tulungagung.(Wasito Raden,2010)

Benda - benda yang terdapat di situs Astono Gedong
1 Lingga
Lingga yang terdapat pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Singosari, yang terdapat pada pintu masuk halaman makam bagian pendopo yang berjumlah 2 buah Lingga dan dalam pintu masuk makam bagian kampung dan dalem masing-masing terdapat 1 buah Lingga. (Haji Haris Daryono Ali,2010)
2 Umpak
Umpak pada Situs Astono Gedong merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Kadiri. Umpak ini terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu buah. 
3 Arca Budha Aksobya
Arca ini merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Kadiri. Arca ini terletak pada umpak yang terdapat pada pintu masuk makam bagian halaman dalem dengan jumlah satu arca.
4 Makam Dengan Logo Surya Majapahit dan nisan Demak-Troloyo
Makam dengan logo Surya Majapahit terdapat pada nisan makam dari Raden Lemboeroe atau Raden Ketawangan menandakan bahwa makam ini merupakan keluarga dari Kerajaan Majapahit dan nisan berbentuk Demak-Troloyo menandakan makam ini sebagai warga Kerajaan Majapahit. 
5 Pohon Nogosari
Pohon Nogosari di Situs Astono Gedong merupakan bukti makam ini dikeramatkan dan sebagai bukti makam ini adalah makam dari masa Kerajaan Mangkunegaran. Pohon ini terletak di dalam halaman bagian dalem.

Nah semoga tulisan ini bisa menambah wawasan pengetahuan kita tentang Kabupaten Tulungagung

source : google.com 
             Facebook.com
 

Orang Biasa, Biasa Banget Copyright © 2011 | Template created by Fajri Arjuna | Powered by Blogger