skip to main | skip to sidebar

Sunday, October 9, 2011

TELAGA BURET TULUNGAGUNG

Telaga Buret!! Di Jawa Timur kususnya daerah Tulungagung nama telaga ini sudah tidak asing, berlokasi di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung lebih kurang 25 km dari pusat kota. Telaga Buret merupakan salah satu telaga yang masih mampu mengeluarkan sumber air dari sungai bawah tanah walau semakin menyusut debet air yang dikeluarkan. Hal ini di karenakan pengaruh iklim dan penggundulan hutan, namun walau demikian masih bisa untuk mengairi sawah di tiga desa meski secara bergilir . Desa-desa tersebut yaitu ds,sawo,ngentrong dan Gedangan.





 Menurut kepercayaan yang menguasai ( mbau rekso) di telaga Buret adalah Mbah Djigangdjojo. Dalam cerita sebetulnya mbah Djigangdjojo itu adalah seorang pangeran dari mataram, akan tetapi karena termasuk pangeran yang sudah tua, maka lazimnya orang-orang menyebutnya mbah Djigangdjojo begitu saja.

Mungkin pengeran Djigangdjojo itu juga seorang pelarian yang tujuannya sama dengan Pangeran Benowo di Bedalem hanya tempatnya menepi di telaga Buret.
Mbah Djigangdjojo kesenangannya adu jago. Sampai sekarang ini masih dipercayai kalau mbah Djigangdjojo itu kalah jagonya, maka keadaan ikan-ikan di rawa-rawa kelihatan banyak sekali.

Mbah Djigangdjojo mempunyai 2 orang anak yang seorang bernama Sekardjojo tempatnya masih menjadi satu ditelaga Buret berkumpul dengan mbah Djigangdjojo, sedang yang seorang bernama Kembangsore bertempat dibawah dawuhan/jembatan desa Gedangan.

Keadaan telaga Buret sampai sekarang seakan-akan masih tampak keangkerannya. Tak ada yang berani mengambil ikan dari sekitar Telaga itu, karena menurut kepercayan kalau ada yang berani mengambil maka dalam waktu tidak terlalu lama akan mendapat halangan. Kecuali kalau ikan tadi sudah berada di dawuhan Malang, biarpun asalnya dari telaga Buret tetapi sudah bisa diambil oleh siapapun saja.

Bagi desa Sawo, Gedangan dan Ngentrong telaga Buret merupakan tempat yang dianggap keramat. Tiga desa tersebut tiap 1 tahun sekali tepat pada bulan Selo, hari Jum’at Legi bersama-sama mengadakan ulu-ulu/slamatan disitu.


Menurut cerita masyarakat kalau setiap tahun desa-desa tadi tidak mengadakan ulur-ulur (slametan) ke telaga Buret itu, maka akan banyak terjadi halangan didesanya. Oleh sebab itu hingga sekarang tidak ke 3 desa tersebut tidak berani meninggalkan kebiasaan itu. Disamping itu bagi sebagian masyarakat telaga buret masih digunakan untuk tempat menepi guna mencari timbul. Dan sewaktu-waktu apabila sudah berhasil/tercapai cita-citanya mereka akan mengadakan slametan/nyadran ke telaga tersebut.

Semoga bermanfaat..!

0 comments:

Post a Comment

 

Orang Biasa, Biasa Banget Copyright © 2011 | Template created by Fajri Arjuna | Powered by Blogger